Calon Suami Amanda Manopo Tersentil Imbas Pernyataan Sari Nila, Pemeran Andin Ikatan Cinta: Aduh
Keakraban Amanda Manopo dengan pemain Sinetron Ikatan Cinta kerap terlihat. Bukan hanya dengan Arya Saloka dan Evan Sanders, juga bersama Sari Nila.
Baru-baru ini, Amanda Manopo memperlihatkan kecocokannya sebagai seorang ibu layaknya Andin yang diperankannya di Sinetron Ikatan Cinta.
Hal ini membuat Sari Nila yang memerankan Mama Rosa menyentil mantan kekasih Billy Syahputra itu.
Diketahui, Amanda Manopo tak kunjung memamerkan kekasih barunya.
Padahal, beberapa kali pemeran Andin itu membuat petunjuk kalau sudah memiliki kekasih.
Namun, Amanda Manopo memilih tak mengumbar kehidupan pribadinya.
Bahkan kini, lawan main Arya Saloka di Ikatan Cinta ini malah sibuk merilis lagu terbarunya.
Meski begitu, sepertinya Amanda Manopo juga sudah sangat menginginkannya.
Keadaan ini terlihat saat Sari Nila menilai Amanda Manopo sudah cocok menjadi seorang ibu.
Sari Nila mengatakan hal tersebut saat mengomentari video guyonan Amanda Manopo dan pemeran Reyna Ikatan Cinta.
Begitu dekatnya Amanda Manopo dengan Reyna Ikatan Cinta di kehidupan nyatanya.
Mama Rosa Ikatan Cinta melihat Amanda Manopo begitu menikmati candaan tersebut.
Pipi Amanda Manopo sampai dicium-cimu, kemudian dipeluk "lengket" sekali oleh anak-anak.
Dengan melihat pemandangan tersebut, Sari Nila memberikan komentarnya, bahwa Amanda Manopo sudah cocok jadi ibu dan memiliki anak.
"Udah cocok Manda punya anak," kata Sari Nila pemeran Mama Rossa.
Entah apa maksud dari Amanda Manopo, yang jelas dia mengatakan saat ini sedang menunggu calon suami.
"Aduh tinggal calonnya nih," kata Amanda Manopo.
Percakapan tersebut pun langsung disorot dikomentari beragam oleh penggemar dan netizen.
Sejumlah fans memberikan doa untuk Amanda Manopo agar segera mendapat kekasih bahkan, suami.
Berapa Usia yang Ideal untuk Menikah?
Usia ideal untuk menikah di setiap negara umumnya memiliki perbedaan. Di Indonesia, hal ini sempat menjadi polemik.
Terlebih menurut sejumlah penelitian, batas usia menikah yang tercantum UU Perkawinan Nomor 1 tahun 1974 sebetulnya sangat tidak ideal.
Lantas, berapa seharusnya usia yang paling ideal untuk menikah, dan apa alasannya?
Benarkah semakin cepat menikah semakin baik?
Kalau dilihat dari batas usia ideal menikah yang ditetapkan undang-undang, menikah baru dibolehkan jika Anda berusia 19 tahun untuk pria dan 16 tahun untuk perempuan.
Tak mengherankan jika pernikahan di usia muda sudah menjadi pemandangan biasa di negeri ini.
Bahkan terkesan hampir dimuliakan. Ironisnya, masa remaja bukanlah rentang usia menikah yang paling ideal.
Berdasarkan data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), pernikahan dini di antara remaja usia belasan akhir hingga 20-an awal banyak terjadi atas alasan adat atau kehamilan di luar nikah.
BKKBN juga melaporkan bahwa lebih dari 50 persen pernikahan dini berakhir dengan perceraian.
Pasalnya, banyak anak remaja yang belum cukup dewasa (dalam hal kematangan cara berpikir untuk menyelesaikan masalah) dan kurang berpengalaman untuk menghadapi konflik rumah tangga, yang tentu berbeda total dari pertengkaran saat masa pacaran.
Perkawinan dini ancam kesejahteraan anak
Yayasan Kesehatan Perempuan (YKP) menilai bahwa pernikahan usia belia berpotensi meningkatkan angka putus sekolah dan kemiskinan akibat perampasan hak anak untuk bertumbuh kembang, meraih pendidikan, dan bekerja.
Anak remaja pada umumnya belum memiliki keuangan yang stabil dan belum yakin benar soal karir dan masa depannya. Belum lagi masih harus dihadapkan dengan tekanan dari orangtua, sekolah dan/atau kuliah.
Selain itu, ada imbas yang cukup memberatkan dari perkawinan anak pada masalah kesehatan reproduksi perempuan remaja.
Pernikahan usia muda diketahui meningkatkan risiko keguguran, kematian bayi, kanker serviks, penyakit kelamin, hingga gangguan mental akibat tekanan sosial untuk memikul tanggung jawab orang dewasa di usia yang masih belia.
Berapa usia ideal menikah supaya pernikahan langgeng?
Banyak lembaga bantuan hukum nasional merasa keberatan dengan standar usia menikah UU Perkawinan yang terlalu rendah.
Atas sejumlah alasan di atas, YKP dan Yayasan Pemantauan Hak Anak (YPHA) sempat meminta Mahkamah Konstitusi untuk menaikkan batas minimal usia menikah bagi perempuan menjadi 18 tahun.
Pendapat ini diamini oleh sejumlah penelitian mancanegara. Data statistik dari berbagai studi menyarankan Anda untuk sabar menunggu dalam beberapa tahun.
Merangkum banyak survei dan studi berbeda, angka perceraian bisa merosot hingga 50 persen jika Anda menikah di usia 25 tahun ke atas dibanding menikah di usia awal 20-an.
Persentase risikonya juga makin turun untuk setiap 1 tahun yang Anda relakan untuk menunda menikah.
Ya. Sebuah studi terbitan Journal of Social and Personal Relationship tahun 2012 mengatakan bahwa 25 tahun adalah batas usia paling ideal untuk menikah.
Sementara itu, Biro Sensus AS tahun 2013 melaporkan bahwa usia ideal menikah adalah mulai usia 27 tahun untuk perempuan dan 29 untuk si pria.
Pada umumnya dapat disimpulkan bahwa usia ideal menikah terbaik adalah sekitar 28-32 tahun. BKKBN sendiri menilai usia ideal menikah untuk perempuan Indonesia seharusnya minimal 21 tahun.
Semakin matang usia saat menikah, semakin dewasa
Para ahli percaya bahwa menunda menikah sampai beberapa tahun dapat semakin menghidupkan rumah tangga yang lebih ideal dan mapan serta risiko perceraian yang lebih rendah.
Ada banyak alasan mengapa usia pertengahan 20-an hingga 30-an awal menjadi patokan usia ideal menikah yang aman. Salah satunya adalah faktor kedewasaan.
Dewasa di sini bukan cuma bertambahnya umur, tapi juga dari segi kecerdasan emosional dan kematangan pola pikir.
Di usia pertengahan 20-an, Anda terhitung sudah cukup dewasa untuk memahami benar mana cinta yang dibutakan nafsu dan cinta berdasarkan ketulusan.
Sebab semakin dewasa seseorang, mereka telah menghabiskan cukup banyak waktu untuk berpetualang mencari jati diri dan akhirnya mengetahui pasti apa yang mereka benar-benar inginkan dalam hidup.
Mereka juga mengerti apa saja hak dan tanggung jawab yang dimilikinya demi mencapai tujuan hidup.
Semakin dewasa seseorang juga bisa menandakan bahwa ia memilliki kematangan fisik dan stabilitas finansial yang mumpuni untuk menghidupi diri sendiri serta tanggungan lainnya.
Tingkat pendidikan juga pengaruhi kelanggengan rumah tangga
Meski tingkat kematangan dan finansial memainkan faktor utama, tingkat pendidikan juga sama pentingnya.
Menunda pernikahan sampai setelah menerima gelar sarjana terbukti menurunkan risiko bercerai daripada pasangan yang berpendidikan rendah, menurut sebuah studi Family Relation tahun 2013.
Yang perlu dipahami, menunda menikah setelah rampung kuliah bukan semata untuk mengejar gelar. Mengenyam pendidikan setinggi-tingginya menjadi jalan terbaik buat Anda membuka wawasan terhadap dunia nyata.
Semakin banyak pula orang-orang dengan karakteristik berbeda yang akan Anda temui untuk berbincang dan bertukar pikiran.
Lambat laun, ini semua dapat membentuk kepribadian, prinsip hidup, dan pola pikir Anda secara keseluruhan.
Kesiapan menikah tergantung masing-masing individu
Walau demikian, tentu saja keputusan untuk kapan menikah tak bisa hanya didasarkan oleh hasil survey semata.
Tidak ada patokan usia ideal atau batas jangka waktu pacaran yang mampu menjamin kebahagiaan pernikahan.
Pada akhirnya, diri Anda sendirilah yang menentukan kapan waktu yang tepat bagi Anda untuk menikah. Entah itu di usia 20-an, 30-an, 40-an, dan seterusnya.
Nyatanya, pernikahan dan perceraian adalah fenomena sosial yang sulit diukur hanya dengan angka.
Tak ada yang melarang untuk cepat-cepat menikah. Jika Anda dan pasangan sudah sama-sama siap lahir-batin dan juga secara finansial untuk nikah muda, tentu tidak masalah.
Tapi bagi yang lainnya, tetap tak ada salahnya untuk mempertimbangkan masak-masak semua manfaat dan risikonya.
(*)