Cerita Rano Karno Menghadapi 3 Orang Buta Huruf di Sinetron Si Doel Anak Sekolahan
Aktor senior Rano Karno kenang saat dirinya menjadi produser dan sutradara sinetron Si Doel Anak Sekolahan.
Sinetron yang populer sejak awal tayang tahun 1994 itu memang menghadapi
banyak rintangan sejak awal diproduksi.
Dari perjuangan Rano ke beberapa stasiun televisi yang terus berujung
penolakan, hingga para pemerannya yang terkadang berdialog tidak sesuai
skenario.
Di samping itu semua, Rano juga menghadapi tantangan lain ketika
mendapati beberapa pemerannya buta huruf.
"Yang repot lagi, tiga orang buta huruf," kata Rano dikutip dari YouTube
Sule channel.
"Engkong, Pak Tile buta huruf, Pak Bendot bisa tapi lebih bisa bahasa
Jawa, satu lagi bu Rodiyah, istrinya Engkong," ucap Rano sambil
tertawa.
Lucunya lagi Pak Bendot meminta agar skenario diubah dalam bahasa
Jawa.
"Percaya enggak, skenario si Doel ditulis tangan sama dia ke dalam bahasa
Jawa, supaya tahu ngomonge opo, 'iki aku ngomonge opo'," ujar Rano.
"Urusannya sama Basuki," lanjut Rano menyerahkan persoalan tersebut pada
pelawak Basuki yang juga membintangi sinetron tersebut sebagai
Karyo.
Sambil menahan tawa, Rano mengingat momen ketika Maudy Koesnaedi, pemeran
Zaenab yang kebingungan.
Maudy bingung karena dialog yang diucapkan mereka tidak sesuai dengan
skenario yang sudah dia hapalkan.
"Maudy begitu pertama kali syuting keringetnya udah kayak oncom,
tiba-tiba 'Bang, kok enggak ada di dalam skenario?'," kata Rano diiringi
tawa.
Rano mengakui saat syuting Si Doel dia memilih pasrah karena sering para
pemain senior itu berdialog tanpa memperhatikan skenario, meskipun
adegannya benar.
"Kadang-kadang gue capek, marah, gue bilang 'gue capek bikin skenario lu
ngomongnya kok enggak ada di skenario,'" ujar Rano.
"Udah gue pusing, terserah, (akhirnya) lepas aja," sambung Rano Karno
sembari tertawa.
(*)